1. Ferdinand Marcos
Siapa yang tak kenal nama Ferdinand Marcos yang terpilih sebagai
Presiden Filipina pada tahun 1964. Selama dua dekade masa
pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan ancaman komunis
revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan
media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan
Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke
rekening pribadi Marcos di Swiss.
Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina.
Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan
ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari
jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun yang sama. Bersama istrinya,
Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina. Marcos meninggal di
pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989.
2. Husni Mubarak
Husni Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir
ini, memulai karir politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak
menjabat sebagai Presiden Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di
bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir menjalin hubungan baik dengan Amerika
Serikat. Bantuan miliaran dolar AS berhasil didapatkannya dalam rangka
menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi politik Islam. Namun, pada 11
Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini akhirnya mengundurkan
diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk rasa
besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang
menewaskan 850 orang.
3. Fulgencio Batista
Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini
dikenal sebagai pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak
1933. Pada tahun 1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun
meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun kemudian, Batista melancarkan aksi
kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba. Hampir semua sektor
pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista. Mulai dari ekonomi,
kongres, pendidikan, hingga media. Selain itu, Batista juga memperkaya
dirinya sendiri dengan uang negara. Batista berhasil dilengserkan dari
jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh
Fidel Castro. Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan
berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di
Guadalamina, Spanyol.
4. Antonio Salazar
Nama Antonio Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling
otoriter di Benua Eropa. Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga
1968. Bentuk pemerintahan Salazar disebut nasionalis konservatif, atau
sebagian orang menyebutnya fasis. Salazar memegang teguh visi
anakronistik, yakni bahwa Portugal masih memiliki kekuatan kekaisaran
dan berhak menginvasi koloni-koloninya di selatan Afrika. Rezim Salazar
dijuluki ‘Estado Novo’ atau negara baru, yang membanggakan pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi, namun masih sarat dengan penindasan. Pada tahun
1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran terhadap rezim Salazar di
Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak pada tahun 1968,
Salazar dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan tahun 1974,
Revolusi Bunga menandai berakhirnya rezim Salazar.
5. Pol Pot
Hanya 4 tahun Pol Pot dan Khmer Merah memerintah Kamboja. Tapi
selama kurun waktu 1975-1979, tidak kurang dari 1,7 juta rakyat Kamboja
dibantai. Pol Pot yang dipanggil ‘saudara nomor satu’ ini membuat
Kamboja menjadi ladang pembantaian. Invasi Vietnam ke Kamboja tahun 1978
membuat Pol Pot terdesak dari Phnom Penh. Dia melanjutkan
pemerintahannya dari hutan. Sebelum akhirnya persembunyiannya dibocorkan
anak buahnya sendiri. Pol Pot tewas saat menjalani tahanan rumah
tanggal 15 April 1998.